Sadjad lahir di Madiun pada tanggal 24 Juni 1931. Dia bersekolah di Sekolah Menengah Atas Budi Utomo Jakarta dan melanjutkan studi di Jurusan Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Indonesia yang lulus pada tahun 1961. Sadjad pernah mengikuti program pendidikan untuk staf pengajar pada tahun 1957 ke Universitas Kentucky yang merupakan program kerja sama dengan Universitas Indonesia yang bernama Kentucky Contract. Program ini juga mendapatkan bantuan dari Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Sadjad melanjutan studi magisternya di Mississippi State University dan lulus pada tahun 1963 di jurusan Teknologi Benih dengan gelar Master of Agronomy.[6] Sadjad meraih gelar Doktor Ilmu Pertanian dengan disertasinya berjudul Kertas merang untuk uji viabilitas benih beberapa penemuan dalam bidang teknologi benih dengan promotor Hari Suseno dan lulus pada tahun 1972 di IPB.
Sadjad menikah dengan Retno Winarni yang meninggal pada tahun 2000 dan memiliki empat orang anak, yaitu Dr. Ir. Rhiza S. Sadjad yang menjadi Doktor lulusan Universitas Wiconsin yang saat ini masih menjabat sebagai dosen di Universitas Hasanuddin, Mirza S Sadjad, Elza S Sadjad dan Roza S Sadjad yang merupakan lulusan Doktor dari Universitas Negeri Oregon.[8] Roza meninggal dalam peristiwa Tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 bersama kedua anaknya, Maureen dan Tazkia. Namanya diabadikan menjadi sebuah nama ruang seminar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala.
Sadjad menjadi asisten dosen untuk Prof. Ir Gunawan Satari pada tahun 1957. Dia diangkat menjadi staf pengajar selama setahun pada tahun 1958 atas perintah Dekan Pertanian Thoyib Hadiwidjaja. Sadjad menjadi salah satu dosen yang selamat dari fenomena pemecatan dosen pada kejadian G30S yang mengenai rekan-rekannya di IPB. Sadjad menjadi Dekan Fakultas Pertanian IPB pada tahun 1965 sampai tahun 1966 sekaligus menjadi Kepala Laboratorium ilmu Benih 1964 pada tahun 1996. Lalu, diangkat menjadi Guru Besar Ilmu pertanian pada tahun 1981 dan pensiun pada tahun 1996. Dia sempat menjabat sebagai Guru Besar tetap di Fakultas Pertanian Universitas Slamet Riyadi di Surakarta dari tahun 1997 sampai tahun 2005 dan mendapatkan gelar Profesor Emeritus dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1997 sampai sekarang di Fakutas Pertanian IPB.
Sadjad menerima penghargaan Cendekiawan Berdedikasi dari Harian Kompas karena menjadi perintis ilmu dan teknologi benih di Indonesia yang pemikirannya mampu memuat berbagai aspek pertanian sosial, ekonomi, dan politik dalam bentuk tulisan yang dia tulis sejak tahun 1977 di Harian Kompas. Sadjad menerima penghargaan Achmad Bakrie Award pada tahun 2010 di bidang teknologi atas kontribusinya dalam pengembangan teknologi benih dan pertanian di Indonesia.
Penerimaan penghargaan ini oleh Sadjad diikuti dengan komentarnya terhadap penolakan oleh Sitor Situmorang dan Daoed Joesoef "Jangan sampai ada pemahaman sepertinya yang menerima selalu berada di bawahnya yang memberi, apalagi ditambahkan kata-kata 'yang memberi berlumpur". Dia juga menganggap penghargaan ini secara terpisah dari bisnis Bakrie. Sadjad menerima penghargaan Lifetime Achievement dari Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (Peripi) yang bekerja sama dengan IPB pada tahun 2019 atas dedikasinya dalam pengembangan benih yang ada di Indonesia.